Selamat hari kemerdekaan negara Aceh Darussalam ke 45 4 Desember 1976–4 Desember 2021.
Kenapa dan ada apa dengan 4 Desember? sindir Wadanops TNI, Bambang Darmono 17 tahun lalu. Tentu saja dalam fikiran Bambang pada saat itu, sudah dua tahun (2003–2004) ulang tahun GAM tidak bisa diperingati secara terbuka. Menurutnya itulah kemenangan yang nyata dengan pemberlakuan darurat militer dan sipil di Aceh.
Meski demikian Bambang Darmono tidak mungkin bisa menghapus ingatan orang Aceh, khususnya gerilyawan GAM sangat hapal betul bahwa 4 Desember 2004 adalah milad GAM yang ke-28. Saya kira pada waktu itu, hanya rasa takut masyarakat kepada TNI/Polri yang membuat mereka pura-pura tidak tahu akan tanggal ulang tahun perjuangannya.
Kemeriahan Milad GAM mencapai puncak pada tahun 1999–2002. Sedangkan pada tahun 2003–2004 warna peringatan deklarasi GAM semakin memudar seiring dengan pemberlakuan Darurat Militer dan Sipil. Operasi besar-besaran dan masif TNI/Polri ke seluruh pelosok Aceh membuat perlawanan GAM menjadi total gerilya.
Sehingga wajar sajalah Bambang Darmono mengeluarkan sindiran seolah-olah GAM sudah lumpuh total, bahkan untuk memperingati hari yang bersejarahnya saja sudah tidak mampu lagi. Seharusnya dengan ungkapan yang meremehkan itu, Pemerintah Indonesia bersikap biasa-biasa saja, tidak berlebihan dalam menanggapi milad GAM itu.
Pada kenyataannya, setiap tanggal 4 Desember selalu saja intensitas kewaspadaan Pemerintah Indonesia terhadap Aceh meningkat. Sebagai mana pengetahuan bersama, implikasi perdamaian antara Pemerintah RI-GAM pada tanggal 15 Agustus 2005 adalah demiliterisasi kedua belah pihak. Pemerintah Indonesia menarik TNI/Polri dari Aceh, dan senjata GAM dimusnahkan.
Saling percaya kedua belah pihak menjadi keharusan, meski ada riak-riak kecil yang ingin membangkitkan kembali konflik Aceh. Semacam gempa, perihal yang biasa, sehabis guncangan besar disusul oleh gempa yang skala richternya mulai rendah serta setelah itu lenyap. Sayang nya, enam belas tahun damai Aceh, phobia 4 Desember masih tetap terasa.
Seperti ada skenario rekayasa pembenaran bahwa mantan pejuang GAM akan bangkit kembali. Hal tersebut ditandai dengan tindakan berlebihan dari Pemerintah Indonesia yang memperbanyak jumlah TNI/Polri pada tempat-tempat tertentu. Kecurigaan yang berlebihan terhadap GAM menunjukkan kelemahan pemerintah,
Sehingga harus selalu dalam keadaan awas terhadap Aceh dengan memecah belah GAM. Lantas apa yang terjadi? Gerakan-gerakan sporadis mulai muncul kembali karena tidak ada kanalisasi. Seharusnya wibawa pimpinan GAM harus dikuatkan. Tidak boleh dipecah belah. Mereka harus tetap satu untuk memudahkan meredam setiap gerakan yang mengacaukan Aceh.
Pasca damai seharusnya tidak ada gerilya para pihak. Sebagai tanda saling percaya dan menghormati, tidak ada salahnya pemerintah yang memfasilitasi milad GAM sehingga kalau ada “upacara” selain itu dianggap illegal. Kadang kala manusia seperti balon, semakin ditekan semakin bersemangat untuk melawan. Semakin kuat pihak lain untuk menghapus ingatannya, justru semakin melekat ingatannya Semakin disindir semakin terhina perasaannya dirinya dan semakin kuat perlawanannya.
(Mendale, 4 Desember 2021)
Originally published at https://aceh1986.blogspot.com on December 4, 2021.